Sudahkah diriku bisa sepenuhnya mengontrol diri sendiri? Ini mungkin adalah pertanyaan klasik bagi seorang yang belajar spiritual. Selama ini aku selalu meng-jugde orang lain yang tidak bisa mengontrol emosi/reaksi batin orang lain terhadap suatu masalah. Mungkin selama ini diriku terlalu objektif dan tidak berusaha untuk menempatkan diriku pada posisi orang lain. Selama ini aku terlalu menghakimi orang lain yang tidak bisa mengontrol perasaan mereka.
Mungkin selama ini sebenarnya diriku juga tidak
terlalu amat-amat bisa mengontrol perasaan dan reaksi batin. Cuma mungkin
selama ini diriku tidak menyadarinya. Hingga hari ini aku ketemu seorang teman
yang menunjukannya pada diriku.
Hari ini aku ada janji payment ke seorang
supplier, tapi sementara payment dari buyer diriku belum masuk. Mulai dari pagi
ketika diriku bangun, aku mulai terus menerus memikirkan masalah ini dan
mengalami kegelisahan batin. Sepanjang hari diriku merasa gelisah kapan payment
dari buyer diriku masuk agar aku bisa segera membayar supplier diriku.
Hingga siang hari sekitar pukul 14.00 WIB,
payment dari buyer belum masuk juga, sementara diriku harus menyetor antar bank,
sehingga otomatis janji payment diriku ke supplier otomatis tidak bisa terpenuhi.
Jujur sebagai seorang pebisnis, aku selalu memenuhi janji payment diriku ke
orang lain. Dan hari ini aku tidak bisa memenuhi janjiku sehingga aku merasa
sangat gelisah dan tidak enak hati karena aku sudah berjanji akan melakukan
payment hari ini.
Aku tidak menyadari kondisi batinku sampai
sore ini ketika aku bertemu seorang teman (Yudhis) dan berbicara tentang
kondisi batin yang tenang. Dia adalah seorang Muslim yang mempelajari tentang
metafisika alam semesta. Sama seperti ajaran Buddhism, dia berkata batin yang
tenang menghasilkan bisnis yang lancar, kalau batin gelisah, akan memberikan
sinyal yang jelek ke alam semesta sehingga menghasilkan hal yang jelek juga
bagi kehidupan kita. Jadi ada baiknya kita menjaga kondisi batin agar tetap
tenang sehingga kehidupan duniawi kita juga menjadi lebih lancar. Hal ini sama
seperti dalam filsafat Buddhism yang mengatakan Engkau adalah apa yang Engkau
pikirkan.
“The
mind is everything. What you think you become.”―Buddha
Sebenarnya aku sudah lama tahu tentang teori ini, tapi mungkin diriku
sudah jarang melakukan praktek meditasi yang mendalam sehingga tanpa sadar aku
tidak bisa mengontrol reaksi batinku sehingga membuat diriku menjadi gelisah
sepanjang hari. Sebenarnya sederhana aja, jika emang buyerku akan bayar, maka
cepat atau lambat dia akan bayar juga dan masalahku akan selesai juga. Begitu
juga jika dia tidak bayar, makan segelisah apapun juga diriku, bukankah
masalahnya tetap tidak akan terselesaikan dengan kegelisahan diriku? Jika emang
demikian, lalu kenapa aku harus merasa gelisah? Kenapa tidak menghadapinya
dengan tenang saja, dan bicara terus terang dengan supplier?
Yach, jujur aku menjadi begitu tidak sensitif
terhadap perubahan kondisi batin diriku sendiri dan tidak bisa mengontrolnya
sama sekali. Mungkin aku harus kembali untuk belajar meditasi dan lebih
mengontrol diri sendiri.
Hidup ini terkadang penuh misteri. Diriku
yang selalu merasa sombong dan tidak pernah mau instropeksi diri, akhirnya hari
ini harus mengakui bahwa sebenarnya diriku ini masih hanya terdiri dari daging
dan darah, terdiri dari berbagai unsur yang mengandung biokimia yang bisa
memberikan reaksi terhadap rangsangan yang tanpa bisa kita sadari.
Dan aku beruntung alam semesta hari ini mengirimi diriku seorang teman yang secara tanpa sengaja memberikan diriku sedikit pencerahan akan kondisi batinku hari ini. Semoga aku bisa menjadi sosok pribadi yang lebih baik yang bisa selalu menjaga ketenangan batin diriku.
Posting Komentar