Hidup adalah sebuah proses tumbuh dan berkembang. Seiring perjalanan waktu, kita tumbuh menjadi dewasa dan semakin sibuk dengan kehidupan yang kita jalani sampai kita lupa apa tujuan daripada hidup itu sendiri.
Terkadang aku merenung, apa tujuan aku
datang ke dunia ini? Apakah hanya untuk lahir, sekolah, kerja, menikah, punya
anak lalu mati meninggalkan dunia ini?
Rentak kehidupan modern membuat kita
semakin jauh dari alam, membuat kita menjadi tidak sensitif terhadap alam
lingkungan sekitar kita. Kehidupan di perkotaan membuat kita tinggal di “kotak-kotak”.
Kita tinggal di kotak yang bernama rumah, lalu berangkat kerja dengan kotak
yang bernama mobil, dan kerja di kotak yang bernama kantor. Yach… kita menjadi
tinggal di kotak, bukan di alam bebas lagi.
Sewaktu diriku masih kecil, aku tumbuh
besar di perkampungan dimana lingkungan
masih asri, dimana aku biasa bermain di kebun dan hutan. Udara yang segar, lingkungan
yang hijau dan bunga liar yang indah yang mungkin tidak diperhatikan oleh orang-orang.
Walaupun pada saat itu boleh dibilang diriku hidup di bawah garis kemiskinan, boleh
dibilang itu adalah moment masa terindah yang pernah hadir dalam hidupku.
Seiring perjalanan waktu, diriku merantau ke
Jakarta untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Awal-awal tinggal di kota
besar, aku merasa sangat sangat tidak terbiasa. Penuh polusi, macet, dan tidak
ada lagi “bunga liar” untuk kunikmati keindahannya. Seiring waktu, lama-lama
aku menjadi terbiasa dengan lingkungan yang penuh “kotak-kotak” ini.
Setelah belasan tahun merantau dari satu
kota ke kota lainnya, tiba-tiba aku merasa apakah benar aku telah memiliki
kehidupan yang “lebih baik”? Mungkin secara ekonomi aku sudah menjadi jauh
lebih baik. Tapi apakah ekonomi yang lebih baik itu juga merupakan hidup yang
lebih baik? Kembali lagi ke pertanyaan awal di tulisan ini, apakah tujuan kita
datang ke dunia ini hanya untuk lahir, sekolah, kerja, menikah, punya anak lalu
mati meninggalkan dunia ini? TIDAK.
Yach… TIDAK. Tiba-tiba diriku merasa bahwa
aku telah menjadi sangat jauh dari alam. Selama belasan tahun ini aku lupa
kapan terakhir kali aku menikmati indahnya bunga liar. Bahkan ketika aku hiking
Gunung Prau yang penuh dengan bunga Daisy itu, aku tidak benar-benar memperhatikan
indahnya hamparan bunga Daisy di gunung tersebut. Aku hanya merasa senang aja dan
nikmat saja, tapi aku menjadi tidak sesensitif terhadap alam sekitarku lagi.
Dulu di awal diriku merantau ke Jakarta, aku
adalah orang yang sangat idealis. Setiap kali makan di rumah makan, pakai
tissue selalu hemat, kalau bisa hanya satu lembar kecil, tujuannya untuk
menjaga lingkungan, karena diriku tahu tissue yang kupakai itu adalah hasil
dari penebangan pohon yang merusak alam. Entah sejak kapan aku menjadi tidak
sensitif lagi dan setiap kali pakai tissue bisa sampai 3 – 4 lembar. Yach,
tiba-tiba aku merasa akhir-akhir ini setiap kali makan aku selalu menghabiskan
3-4 lembar tissue. Aku telah berubah menjadi bukan diriku yang dulu lagi.
Rasanya aku sangat malu untuk melabeli diriku sebagai seorang pecinta alam.
Beberapa hari yang lalu aku berkunjung ke
Bandar Lampung dan diajak oleh seorang temanku untuk menemaninya melihat tanah
di daerah perbukitan. Setibanya di sana, aku melihat beberapa tanaman bunga
liar yang tumbuh di sana. Tiba-tiba diriku tersentak kaget. Kemana diriku tersesat
selama ini? Entah sejak kapan aku menjadi tidak sensitif lagi terhadap lingkungan.
Aku lupa kapan terakhir kali nya aku menikmati indahnya bunga liar. Kupelankan
langkah kakiku untuk sekedar melihat tanaman bunga liar yang bahkan aku tidak
tahu apa namanya.
Yach… mungkin diriku telah terlalu jauh melangkah dan melupakan apa makna dari kehidupan ini sendiri. Aku menjadi tidak sensitif lagi terhadap lingkungan, hatiku sudah tidak murni lagi seperti ketika diriku masih anak-anak yang bisa menikmati indahnya bunga liar, menikmati indahnya kupu-kupu dan kumbang yang bertembangan di alam bebas. Rasanya semua itu sudah puluhan tahun yang lalu.
Sore itu aku melambatkan langkah kakiku,
kucoba untuk menikmati indahnya bunga liar yang tumbuh di sana dan merenungi
kembali tujuan hidupku. Yach… aku bukan hanya sekedar datang ke dunia ini untuk
lahir, sekolah, kerja, menikah, punya anak dan lalu mati meninggalkan dunia
ini. Aku datang ke dunia ini untuk melihat indahnya alam ini, untuk melihat
bagaimana bunga tumbuh, mendengar suara merdu kicauan burung liar, merasakan sepoi-sepoinya
angin berhembus, melihat indahnya kupu-kupu dan kumbang yang berterbangan di
bunga-bunga liar, melihat indahnya air sungai mengalir, dan seribu keindahan lainnya
di dunia ini.
Tujuan dari kita kerja dan usaha adalah
untuk hidup yang lebih baik, tapi kebanyakan dari kita malah kerja dan menjadi
budak uang, dan melupakan apa tujuan awal kita mencari uang, sehingga kita
mati-matian kerja hanya untuk akhirnya mati tanpa pernah “benar-benar hidup”.
Sore itu benar-benar sebuah pengalaman batin
yang semoga bisa merubah kembali hidupku menjadi lebih baik lagi. Aku akan kembali
belajar untuk melambatkan langkahku, dan menikmati setiap bunga liar yang
kujumpai di jalanan. Aku akan belajar untuk kembali lebih mencintai alam ini,
belajar untuk mengurai penggunaan tissue yang merusak lingkungan.
Salam pecinta alam.
Posting Komentar