Sudah sejak satu bulan terakhir ini saya sering bolak balik Jakarta – Bandar Lampung karena ada beberapa urusan kerjaan. Sebagai seorang penghobi hiking, langsung saja saya ngecek mbah google tentang gunung di Lampung. Beberapa gunung yang jadi favoirte di Lampung adalah Gunung Tanggamus, Gunung Seminung, Gunung Rajabasa, dan Gunung Betung.
Awalnya pilihan saya jatuh pada Gunung Tanggamus
karena memang sebelumnya pernah membahas tentang gunung ini dengan seorang
teman sesama pencinta alam. Tapi akhirnya pilihan pertama saya jatuh pada Gunung
Betung karena lokasinya yang relatif dekat dari kota Bandar Lampung, hanya
sekitar 45 – 50 menit perjalanan.
Awalnya saya berencana mengajak teman untuk
menemani saya naik ke Gunung Betung, tapi karena di Lampung ini saya kurang
teman, akhirnya pada hari Rabu tanggal 1 Juni kemarin saya putuskan untuk solo
hiking Gunung Betung.
Saya memilih untuk hiking dari jalur Desa
Wiyono. Perjalanan dari Kota Bandar Lampung ke Desa Wiyono sekitar 23km memakan
waktu sekitar 45 – 50 menit perjalanan. Sesampainya saya di jalur pendakian Desa
Wiyono, saya menitipkan mobil di ujung desa dekat jalur pendakian. Setelah
sarapan, saya pun memulai pendakian. Setelah berjalan sekitar 30 menit, saya
tiba di posko pendaftaran yang sebenarnya bisa dicapai dengan kendaraan
bermotor dalam waktu 5 menitan.
Setelah membeli tiket masuk, saya pun
melanjutkan pendakian. Gunung Betung memang bukan gunung yang tinggi
dibandingkan dengan gunung lainnya yang pernah saya daki. Tinggi Gunung Betung
hanya 1240 mdpl aja. Namun jangan dinilai dari ketinggiannnya karena di sini
kita memulai pendakian dari ketinggian sekitar 300an mdpl.
Berbeda dengan pendakian di gunung-gunung
tinggi yang biasanya jalur pendakian dimulai dari ketinggian 1200 – 1500an mdpl
ke atas, memulai pendakian di ketinggian 300an mdpl terasa jauh lebih mudah,
tapi juga terasa jauh lebih panas. Sebentar saja, seluruh tubuh saya
keringatan, hal yang tidak pernah saya rasakan ketika mendaki di gunung yang
tinggi karena dingin.
Sepanjang jalur pendakian dipenuhi dengan
kebun kopi, karet dan coklat. Hari itu saya tidak menemukan seorang pun yang mendaki
di gunung tersebut. Baru setelah saya tiba di ketinggian sekitar 670 mdpl,
akhirnya saya bertemu dengan dua orang petani penduduk lokal yang tinggal di
sana. Saya memutuskan untuk istirahat dan ngobrol dengan kedua orang petani
tersebut.
Sesampainya di ketinggian sekitar 900an mdpl
baru saya memasuki jalur hutan. Setelah berjalan sampai di ketinggian sekitar
1000 mdpl, saya dihadapkan pada dua pilihan jalan simpang tiga. Pilihan jalur
ke kiri atau ke kanan. Tapi karena tidak ada plang petunjuk jalan, dan jalur
sebelah kiri jalannya lebih jelas, akhirnya saya memutuskan untuk memilih jalur
sebelah kiri. Tapi setelah berjalan sekitar 15an menit, saya merasa jalannya
menurun kembali ke ketinggian 930an mdpl, saya merasa saya mungkin di jalan
yang salah. Akhirnya saya putar balik lagi dan memilih jalur sebelah kanan yang
relatif lebih jarang dilewati, kelihatan dari jalurnya yang tidak jelas. Tapi
ternyata setelah berjalan 10an menit, ternyata jalurnya buntu juga. Akhirnya
saya memutuskan untuk turun dari jalur sebelah kanan, yang ternyata jalurnya
malah berbeda jauh dari jalur pendakian awal saya.
Setelah berjalan turun sampai di ketinggian
500an mdpl, saya bertemu dengan petani lokal dan bertanya tentang jalur pulang,
ternyata jalur yang saya tempuh itu malah turun ke desa sebelahnya. Dan harusnya
untuk menuju puncak Gunung Betung, harusnya saya tetap melanjutkan ke jalur
sebelah kiri, karena setelah turunan akan ada tanjakan lagi untuk menuju puncak
Gunung Betung. Sementara jalur sebelah kiri adalah jalur menuju puncak Gunung
Sukma Ilang.
Karena turun di jalur yang salah ke desa
sebelah, akhirnya saya memutuskan untuk menumpang motor dari petani tersebut untuk
kembali ke jalur pendakian awal saya. Setelah tiba di jalur pendakian awal,
saya memulai dari awal lagi untuk naik ke Air Terjun Gunung Betung yang tidak
terlalu jauh dari jalur pendakian awal.
Akhirnya di jalur pendakian menuju Air Terjun
Gunung Betung, saya bertemu dengan beberapa pecinta alam lain yang juga sedang
menuju ke air terjun. Setelah berendam dan berfoto-foto di air terjun barulah
saya turun dan kembali.
Ini adalah pengalaman pertama saya mendaki
sendirian. Awalnya sebelum memutuskan untuk solo hiking, saya sempat merasa
ragu karena takut tersesat, apalagi di gunung yang saya belum pernah naik sama
sekali, benar-benar tidak familiar. Tapi setelah mulai berjalan, karena
sepanjang jalur pendakian dipenuhi dengan kebun, saya merasa lebih tenang walaupun
saya tidak bertemu dengan orang lain di sepanjang jalur pendakian.
Walaupun pendakian kali ini tidak berhasil
mencapai puncak gunung, tapi mendaki sendirian seperti ini juga bisa menjadi
momen bagi diriku untuk lebih mengenal batin diri sendiri. Bagaimana untuk
tetap tenang walaupun sudah tahu tersesat di jalur pendakian itu adalah
pengalaman yang sangat berharga.
Dengan pengalaman solo hiking kali ini,
saya menjadi lebih yakin untuk solo hiking berikutnya. Semoga dalam waktu dekat
ini akan ada kesempatan untuk solo hiking di gunung berikutnya. Mulai sejak pendakian gunung ini, saya juga bertekad untuk merecord semua perjalanan hiking saya dalam bentuk vlog untuk di uplod di youtube. Nantikan upload vlog perjalanan solo hiking Gunung Betung kali ini di youtube. Semoga bisa segera selesai diedit dan segara di upload di youtube.
Posting Komentar